Jumat, 13 April 2012

Industri Perkapalan Indonesia menemukan harapannya.


Financeroll – Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, industri maritim Indonesia memiliki potensi maritim yang menggairahkan untuk meningkatkan kapasitas ekonominya.
Laut Indonesia mencakup 5,8 juta kilometer persegi, terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta kilometer persegi, perairan pedalaman dan kepulauan seluas 2,8 juta kilometer persegi, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2, serta melingkupi lebih dari 17.500 pulau, dan kesemuanya ini menyimpan kekayaan yang luar biasa.
Dengan tumbuhnya Asia sebagai salah satu pemimpin ekonomi global dan dengan terus terjaganya permintaan perdagangan lewat kapal di wilayah ini, kelompok-kelompok maritim di Asia optimis akan kemampuan Asia untuk melewati tahun yang diperkirakan akan berat bagi industri perkapalan ini.
Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto, melihat potensi yang begitu besar di sektor perhubungan laut Indonesia. “Saat ini industri maritim di Indonesia telah maju, dan fokusnya telah bergeser, tidak hanya pada perdagangan domestik namun juga pada perdagangan internasional. Kami berharap dengan ekspansi armada nasional, akan ada pertumbuhan hal jumlah unit dan teknologi maritim.”
Industri Maritim di Indonesia mulai mendapat perhatian lebih di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, yang menginisiasi terbentuknya cikal-bakal Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang kini telah berjalan. Kementrian ini mengelola berbagai sumber daya laut dan layanan maritim yang telah memberi sumbangsih pada industri maritim Indonesia dewasa ini.
Carmelita Hartoto menambahkan: “Menyusul pelaksanaan prinsip kabotase yang berhasil di Indonesia dalam lima tahun terakhir, dari 2005 sampai 2010, kami melihat langkah-langkah yang akan terus meningkatkan industri maritim. Tren menarik yang sedang terjadi di industri maritim Indonesia saat ini adalah Beyond Cabotage (Melampaui Kabotase), di mana kami melihat tantangan sebagai peluang ketimbang risiko. Dalam waktu dekat, akan dapat kita lihat bagaimana kapal-kapal berbendera Indonesia mengubah dirinya menjadi kapal-kapal kelas dunia.
“Dengan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015 untuk menumbuhkan wilayah ini menjadi pasar ekonomi yang sangat kompetitif dan terhubung, jaringan-jaringan produksi dan distribusi akan meluas dan kian erat, yang pada gilirannya akan mendukung industri-industri maritim negara-negara anggotanya.”
ASEAN juga telah menetapkan berbagai prioritas yang meliputi peluang-peluang kerjasama dalam perhubungan maritim dan perkembangan fasilitas-fasilitas pelabuhan antar-negara-negara anggota.
“Satu cara bagus untuk memanfaatkan tren-tren ini adalah dengan berpartisipasi dalam kegiatan maritim untuk wilayah Asia Pasifik, seperti acara Asia Pacific Maritime (APM) 2012 yang akan diselenggarakan di Singapura dari tanggal 14 hingga 16 Maret tahun ini. Ajang ini adalah kesempatan baik untuk bertemu dengan pemangku-pemangku kepentingan lain di bidang maritim dan menggali berbagai kemungkinan kerjasama,” Carmelita Hartoto menyimpulkan.
Asia Pacific Maritim terdiri dari pameran komprehensif, sesi-sesi berjejaring internasional, serta serangkaian konferensi dan seminar yang dipimpin oleh tokoh-tokoh maritim dunia. Tokoh-tokoh industri ternama, yakni Nobor Ueda, Ketua dan Presiden ClassNK yang juga Wakil Ketua Asosiasi Dewan Kelompok-Kelompok Klasifikasi Internasional (International Association of Classification Societies Ltd./IACS), serta Simon Bennett, Direktur Hubungan Eksternal Kamar Perkapalan International (International Chamber of Shipping/ICS), akan menjadi tuan rumah sesi utama APM 2012 yang bertema “Perkapalan di Asia: Menyiasati Gejolak Laut.” (HQM)

0 komentar:

Posting Komentar